Thu, 31 Jul 2025
JIMBARAN - PAUD Widiatmika melaksanakan kegiatan Pekan Kemandirian pada 28 Juli hingga 1 Agustus 2025. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa TK A dan TK B sebagai bagian dari pembiasaan keterampilan dasar yang mendukung kemandirian anak sejak dini.
Menurut Kepala PAUD Widiatmika, Ni Made Budiadnyani, S.Pd., kegiatan ini merupakan lanjutan dari masa pengenalan lingkungan sekolah dan dirancang untuk membentuk kebiasaan positif secara bertahap.
“Tujuan utama dari kegiatan ini adalah agar anak-anak terbiasa melakukan hal-hal sederhana secara mandiri, seperti memakai sepatu, membuka bekal, hingga menjaga kebersihan diri. Dari hal kecil itu, karakter tanggung jawab dan rasa percaya diri mulai tumbuh,” ujarnya.
Dalam pelaksanaannya, TK A dan TK B memiliki jadwal dan fokus kegiatan yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan masing-masing kelompok usia.
Selama lima hari berturut-turut, anak-anak TK A dilatih melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan merawat diri, mengelola barang pribadi, hingga keterampilan sosial dan pengendalian emosi. Hari pertama difokuskan pada latihan memakai sepatu sendiri. Hari berikutnya, anak-anak belajar makan sendiri, memakai baju sendiri, toilet training, hingga cuci tangan. Seluruh kegiatan dirancang dalam suasana menyenangkan dengan dukungan aktivitas mewarnai, bermain, dan refleksi harian.
Sementara itu, anak-anak TK B menjalani kegiatan dengan materi pembiasaan yang lebih kompleks. Hari Senin mereka belajar memakai kaos kaki dan sepatu sendiri. Hari Selasa diarahkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Hari Rabu anak-anak dilatih membuka bekal dan makan sendiri. Kamis dilakukan toilet training, dan Jumat ditutup dengan praktik mencuci tangan. Setiap sesi dilengkapi kegiatan seperti menyusun puzzle, bermain plastisin, dan membuat kolase atau emoji dari kertas warna.
Seluruh rangkaian dibuka dengan doa bersama, lagu Indonesia Raya, Hymne Widiatmika, serta afirmasi positif. Anak-anak juga diajak bergerak melalui senam atau brain gym sebelum masuk ke sesi praktik langsung.
Respons positif terlihat dari partisipasi siswa yang antusias mengikuti kegiatan. Banyak anak yang awalnya enggan mencoba mulai menunjukkan keberanian untuk menyelesaikan aktivitas tanpa bantuan. Guru berperan sebagai fasilitator, sementara peran orang tua turut ditekankan untuk menjaga konsistensi kebiasaan mandiri anak di rumah.
“Kami ingin membangun budaya kemandirian yang berkesinambungan, bukan hanya di sekolah tapi juga di rumah. Karena itu sinergi dengan orang tua menjadi bagian penting dari proses ini,” kata Budiadnyani.
Hasil dari pembiasaan ini mulai terlihat. Anak-anak menjadi lebih percaya diri dalam menyelesaikan aktivitas harian, mulai dari membuka bekal sendiri hingga merapikan tas tanpa diminta.
“Ada perubahan yang jelas. Anak-anak lebih sabar, lebih tertib, dan menunjukkan tanggung jawab terhadap barang pribadinya. Ini langkah awal yang baik untuk membentuk karakter kuat sejak dini,” tambahnya.
Dalam praktiknya, tantangan tetap muncul, terutama dari anak-anak yang lebih aktif atau cepat terdistraksi. Namun melalui pendekatan yang sabar dan strategi pengajaran yang disesuaikan, guru berhasil menjaga keterlibatan siswa sepanjang kegiatan.
PAUD Widiatmika berharap kegiatan semacam ini dapat terus menjadi bagian dari pola pembelajaran sekolah. Selain menanamkan nilai karakter sejak usia dini, program ini juga memperkuat peran guru dan orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anak secara menyeluruh.
___